Deleuze & Guattari: Kita Selalu Bercinta dengan Dunia-dunia

Kami menggunakan istilah Libido untuk menunjuk energi spesifik dari mesin-mesin penghasrat (desiring machines), dan transformasi energi tersebut—Kumen dan Voluptas— tidaklah pernah merupakan deseksualisasi atau sublimasi. Terminologi ini memang tampaknya sangat manasuka. Menimbang kedua cara di mana mesin penghasrat ini dipandang, apa yang harus mereka lakukan dengan energi seksual yang layak adalah tidak serta merta jelas: antara mereka diarahkan ke tatanan molekuler yang mereka punyai, atau mereka dikerahkan pada tatanan molar di mana mereka membentuk mesin-mesin organik atau sosial, dan memengaruhi lingkungan organik atau sosial. Kenyataannya memang sulit untuk menggambarkan energi seksual sebagai sesuatu yang serta merta kosmik atau infra atomik, dan pada saat yang sama sebagai sesuatu yang serta merta sosiohistoris. Berbahaya untuk mengatakan bahwa cinta berkaitan dengan protein dan masyarakat. Ini akan berakhir pada menghidupkan kembali upaya lama untuk melikuidasi Freudianisme, dengan mengganti libido dengan suatu energi kosmik yang tidak jelas namun mampu menempuh semua metamorfosis, atau sejenis energi yang tersosialisasi  yang mampu menempuh semua Investasi. Ataukah kita dapat mengulas secara lebih baik upaya terakhir Reich, melibatkan suatu”biogenesis” yang tanpa justifikasi akan dikwalifikasi sebagai moda rasionalisasi yang skizoprenik? Akan kami kenang bahwa kesimpulan Reich condong pada satu energi kosmik infra-atomik—orgone—yang melahirkan gelombang listrik  dan menghantar partikel-partikel submikroskopik, bions. Read More

j j j

Walter Benjamin: Tentang Konsep Sejarah

I

Suatu hari, seperti kita tahu, satu automaton dibuat dengan sedemikian rupa hingga ia dapat merespon setiap langkah yang diambil oleh seorang pemain catur dengan gerak tandingan yang menjamin dimenangkannya permainan tersebut. Satu boneka yang mengenakan kostum khas Turki dengan pipa uap air di mulutnya duduk berhadapan dengan satu papan catur yang diletakkan di atas satu meja besar. Melalui satu sistem cermin muncul kesan bahwa meja ini transparan dari segala sisi. Sebenarnya, seorang katai bongkok yang juga master catur duduk di dalamnya dan menggerakan tangan boneka tersebut dengan benang. Orang dapat membayangkan salinan filosofis  aparatus ini. Boneka, bernama “materialisme historis“ ini, dibuat untuk menang setiap saat. Dengan mudah ia mengalahkan siapapun selama ia menyertakan teologi dalam pelayanannya, yang kini, sebagaimana kita tahu, tampak kecil dan jelek, dan harus dijauhkan dari pandangan. Read More

j j j